2.Luc Montagnier(Prancis)
3.Harald zur Hausen (Jrman)
Ketiga peneliti dinilai sumbangannya yang besar dalam mendeteksi penyebaran virus penyakit mematikan yang menyerang manusia saat ini. Francoise Barre-Sinoussi dan Luc Montagnier adalah penemu virus HIV (human immunodeficiency virus). Sementara zur Hausen adalah penemu HPV (human papillioma virus) yang menyebabkan kanker leher rahim.
Dalam pengumumannya, Komite Nobel menyatakan bahwa penemuan Barre-Sinoussi dan Montegnier merupakan landasan utama untuk memahami sifat biologi penyakit AIDS dan cara pengobatannya. Hasil penelitian keduanya pada awal tahun 1980-an membuat penelitian virus semakin berkembang pesat.
"Kombinasi antara penemuan dan pengobatan berhasil menurunkan penyebaran penyakit dan benar-benar meningkatkan harapan hidup penderitanya," demikain kesimpulan yang diambil komite tersebut.
Demikian pula dengan temuan zur Hausen bahwa HPV tertentu menyebabkan kanker leher rahim yang saat ini merupakan jenis kanker pembunuh kedua di dunia. Penemuan tersebut membuat pembuatan obat dan vaksin tepat sasaran.
Mereka berhak mendapatkan hadiah total sebesar 10 juta kronor atau setara Rp13,4 miliar. Hadiah tersebut akan dibagi empat, masing-masing untuk ketiga peneliti dan untuk Pusat Riset Kanker Jerman (GCRC) di Heidelberg.
Dari sumber lain:
Kompas: Selasa, 7 Oktober 2008 | 03:00 WIB
Stockholm, Senin - Nobel di bidang pengobatan dan kesehatan tahun 2008
dianugerahkan kepada tiga ilmuwan yang berjasa dalam meneliti virus
pembawa korban jutaan umat manusia. Ilmuwan asal Perancis, Francoise
Barre-Sinoussi dan Luc Montagnier, memperoleh anugerah bergengsi untuk
penelitian HIV/AIDS. Adapun ilmuwan asal Jerman, Harald zur Hausen,
dianugerahi penghargaan serupa atas penelitiannya tentang hubungan HPV
dengan kanker rahim. Sinoussi dan Montagnier menemukan human immunodeficiency virus (HIV)
yang menyebabkan AIDS yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat global
saat ini. Virus tersebut menghancurkan kekebalan tubuh.
Temuan virus HIV oleh pasangan ilmuwan Perancis tersebut membuka
lembaran baru pemahaman biologis penyakit dan penanganan secara
antiretroviral. Pekerjaan mereka memberikan arah kepada pengembangan
metode diagnosa pasien yang terinfeksi dan produk penyeleksian darah
guna mencegah penyebaran lebih lanjut.
Sampai saat ini, HIV/AIDS belum dapat disembuhkan. Namun, setidaknya,
penyakit ini tidak lagi menjadi ”hukuman mati” berkat kemajuan pesat
riset dan pengembangan pengobatan beberapa tahun terakhir. Dengan
penanganan yang tepat, orang dengan HIV/AIDS mempunyai peluang untuk
hidup lebih lama dan berkualitas.
”Kesuksesan hasil terapi anti-retroviral (ARV) membuat harapan hidup
orang dengan HIV/AIDS sekarang mencapai tahap yang sama dengan orang-
orang yang tidak terinfeksi,” demikian catatan dari Komite Nobel dalam
rilisnya.
Belum pernah terjadi di dunia sains dan dunia pengobatan demikian
cepatnya waktu antara penemuan virus, identifikasi asal-usul penyakit,
dan ketersediaan pengobatan untuk sebuah entitas penyakit baru.
Francoise Barre-Sinoussi dan Luc Montagnier mengawali penelitian mereka
dengan mengisolasi dan mengembangkan kultur jaringan sel kelenjar getah
bening dari pasien pada tahap awal AIDS.
Francoise Barre-Sinoussi lahir dan berkewarganegaraan Perancis, bergelar
doktor di bidang virologi dari Institut Pasteur, Garches, Perancis. Dia
sekarang menjabat sebagai profesor dan Direktur Regulation of Retroviral
Infections Unit, Virology Department, Institut Pasteur.
Luc Montagnier juga lahir dan berkewarganegaraan Perancis. Dia
mendapatkan gelar doktor di bidang virologi dari University of Paris.
Montagnier menjabat sebagai Direktur World Foundation for AIDS Research
and Prevention, Paris, Perancis.
*Melawan dogma*
Sementara itu, Harald zur Hausen berhasil melawan dogma bahwa human
papilloma virus (HPV) adalah penyebab kanker leher rahim, jenis kanker
kedua yang paling sering ditemukan pada perempuan.
Dia berpandangan, HPV-DNA seharusnya dideteksi dengan pencarian secara
spesifik karena merupakan virus yang heterogen. Hanya beberapa tipe HPV
yang menyebabkan kanker.
Hausen bekerja keras membuktikan pandangannya tersebut dengan lebih dari
10 tahun meneliti berbagai tipe HPV.
Dia menemukan tipe HPV16 yang menyebabkan tumor pada tahun 1983 dan
setahun kemudian mengklon HPV16 dan 18 dari pasien yang terkena kanker.
HPV tipe 16 dan 18 secara konsisten ditemukan pada sekitar 70 persen
biopsi kanker rahim di seluruh dunia.
Penemuan Hausen memberi arahan kepada karakterisasi sejarah alami
infeksi HPV. Penemuan itu juga membuka pemahaman kepada kanker yang
disebabkan HPV. Saat ini, HPV sudah dapat dideteksi dengan pap smear
sederhana dan telah ada vaksin HPV.
Perhatian masyarakat global terhadap HPV sangat besar. Terlebih lagi
infeksi HPV ini dengan mudah terjadi melalui hubungan seksual. Virus
tersebut juga terdeteksi di 99,7 persen perempuan yang mempunyai sejarah
kanker rahim dan berefek kepada 500.000 perempuan per tahun.
Vaksin juga telah dikembangkan dengan perlindungan di atas 95 persen
terhadap risiko HPV 16 dan 18. Berkat vaksin tersebut, risiko kanker
leher rahim berkurang.
Harald zur Hausen (71) lahir dan berkewarganegaraan Jerman. Saat ini
menjadi profesor emeritus dan mantan Chairman and Scientific Director
German Cancer Research Center di Heidelberg, Jerman.
Hadiah Nobel di bidang Pengobatan dan Fisiologi dianugerahkan pertama
kali kepada Emil von Behring tahun 1901. Emil mendapatkan penghargaan
atas kerja kerasnya meneliti terapi serum, terutama penggunaannya bagi
penderita dipteria. Pemberian Nobel di bidang pengobatan sekaligus
menggarisbawahi berbagai penemuan penting di bidang pengobatan, termasuk
penisilin, rekayasa genetika, dan penggolongan tipe darah.
Pemenang nobel di bidang pengobatan tahun ini mendapat hadiah 10 juta
Swedish kronor atau setara dengan 1,42 juta dollar US. Harald zur Hausen
mendapatkan separuh dari jumlah tersebut. Selebihnya, Francoise dan
Montaigner mendapatkan masing-masing seperempat bagian.
Nobel di bidang pengobatan merupakan Nobel pertama yang diumumkan tahun
ini. Seremoni penyerahan penghargaan akan dilaksanakan di Stockholm,
Swedia, 10 Desember mendatang.(ANT/BBC/www.Nobel.org/INE)
No comments:
Post a Comment