Tuesday, October 28, 2008

KERLIPAN SANG BRILIAN (LAMPU PIJAR)

Thomas Alva Edison : Kerlipan Sang Brilian
Jakarta-RRI-Online,

Thomas Alva Edison lahir di Ohio pada 11 Pebruari 1847 dan merupakan salah seorang yang paling dikenal penemuannya sepanjang masa. Dia bukan berasal dari keluarga miskin namun dia dilahirkan dari keluarga kelas menengah.

Thomas Alva Edison adalah anak bungsu dari 7 bersaudara. “Al” begitu ia biasa dipanggil, tidak dapat bicara ketika usianya hampir 4 tahun. Namun setelah itu, Ia mulai belajar dan meminta bantuan pada setiap
orang dewasa yang ditemuinya. Bila mereka tidak tahu, maka Al kecewa dan bertanya “Mengapa?”

Saat berusia 7 tahun, Al sering dimarahi gurunya karena banyak bertanya tentang hal-hal yang sulit dan berpikir tidak seperti anak-anak diusianya.

Bagi gurunya, dianggap seperti anak dungu dan stress. Seandainya ilmu psikologi modern sudah ada pada saat itu, Al mungkin dianggap sebagai korban dari Attention Deficit Syndrome (ADS) atau Sindrom Kurang Perhatian.

Nancy, Ibunda tercintanya mengetahui Al tidak disukai gurunya. Ia segera memberi perhatian serius pada pendidikan Al. Keluarga memutuskan Al keluar dari sekolah dan bundanya sendiri yang mengajari Al di rumah.

Keluarga besar Al dari Massachusetts juga turut membantu mengajari Al dan kadang ayahnya, Samuel memberi semangat kepada Al agar membaca buku-buku klasik yang bagus. Ayahnya memberi hadiah Al 10 sen setiap kali selesai membaca satu buku. Maka tak heran kalau akhirnya Al memiliki kecerdasan namun berpenampilan sederhana.

Saat berusia 11 tahun, Orangtua Al memperkenalkan dirinya pada ilmu pengetahuan yang bervariasi dengan menyuruh Al memanfaatkan perpustakaan setempat. Inilah yang menyebabkan Al lebih memilih belajar mandiri disana.

Diperpustakaan, Al mulai membaca dari buku lama yang letaknya paling bawah rak hingga rak tengah. Meski banyak membaca banyak buku, orangtuanya secara bijak mengarahkan Al agar lebih selektif terhadap buku bacaannya.

Di usia 12 tahun, Al tidak saja telah membaca sejarah kerajaan Roma, sejarah dunia, buku-buku sastra namun juga kamus lengkap dunia dan sejumlah buku praktek kimia.

Ibundanya mengetahui kalau Al menyukai bidang kimia dan elektronika, jadi beliau sering membelikan Al buku-buku yang berkenaan dengan bidang tersebut. Salah satu buku yang dimiliki Al menjelaskan bagaimana mempraktekkan percobaan kimia di rumah, dari buku itulah Al mendapatkan segalanya.

Di usia tersebut, Al nampak seperti orang dewasa. Orangtuanya memberi ijin Al untuk berjualan Koran, makanan ringan, dan permen di Stasiun Kereta Api, dia juga diijinkan berbisnis jual buah-buahan dan sayuran.

Di usia 15 tahun, Al telah menguasai prinsip dasar pekerjaannya setelah diterima bekerja sebagai satu dari seribu operator telegraf yang silih berganti dalam perang sipil amerika. Saat itulah ia memiliki kesempatan emas untuk memperbaiki kecepatan dan efisiensinya dalam mengirim dan menerima kode morse serta mempraktekan alat percobaannya yang didisain untuk memperbaiki alat tersebut.

Pada usia 16 tahun, setelah bekerja di berbagai kantor telegraf, sampailah ia pada penemuan pertamanya yang disebut dengan –pengulang otomatis (automatic repeater)- yang dapat menghantarkan sinyal diantara stasiun yang kosong. Sehingga memungkinkan orang dengan mudah dan akurat menerjemahkan kode morse tanpa ada gangguan. Anehnya, dia tidak pernah mematenkan buatannya tersebut.

Di tahun 1879, Al menerima kekecewaan yang teramat sangat ketika Alexander Graham Bell telah mengalahkannya. Bell telah mematenkan alat penghantar suara manusia. Padahal saat itu Edison juga telah mengembangkan alat ciptaannya agar dapat menghantarkan suara manusia.

Kekecewaannya itu tidak membuatnya putus asa. Edison mulai melangkah pada penemuan bola pijar listrik.

Tahun 1880, Edison dan teman-temannya membuat sekurangnya 3.000 teori yang berbeda untuk mengembangkan sebuah lampu pijar yang efisien. Lampu pijar bersinar lewat arus listrik dengan memanaskan bahan lempengan tebal (yang disebut filament/kumparan kawat) sampai cukup panas untuk membuat lampu itu bersinar.

Dalam biografi Edison seorang penulis mencatat “Ibundanya merupakan seorang guru yang lengkap dan melakukan yang terbaik bagi muridnya, beliau membawa Edison ke panggung belajar bagi dirinya sendiri, panggung belajar yang membuat hatinya tertarik dan terhibur, beliau memberi dorongan semangat agar terus berjalan di bidang itu. satu hal terbaik yang dapat beliau lakukan terhadap anak yang luar biasa.”

Thomas Alva Edison sendiri memberi kesan terhadap Ibundanya “Ibundaku telah membentuk diriku. Beliau memahamiku, dan beliau membiarkan aku mengikuti bakatku.” (ritwan, dari berbagai sumber)

No comments: